Maha perkasa Allah Azza wa Jalla, Dzat yang
memiliki segala keagungan, kemuliaan, keunggulan, dan segala kelebihan lainnya.
Dzat yang Mahasempurna sifat-sifat-Nya, tiada satu kejadianpun yang terbebas
dari kekuasaan-nya. Allah, Dzat yang Maha adil meningkatkan derajat siapa saja
yang Dia kehendaki dan menghinakan siapa saja yang dikehendaki-Nya. Namun,
sesungguhnyalah kemuliaan dan kehinaan yang ada pada diri kita merupakan buah
dari segala amal yang telah kita lakukan. Tidak bisa tidak. Karena demi Allah,
Allah SWT tidak akan pernah dzhalim terhadap hamba-hamba-Nya.
Sahabat-sahabat, sungguh betapa banyak
orang yang cukup potensial, tetapi tidak bisa menjadi unggul. Salah satu
sebabnya adalah karena ketidakmampuannya dalam mengelola waktu. Yakinilah bahwa
kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam urusan dunia maupun akhirat adalah
sangat bergantung bagaimana kesungguhannya dalam menyikapi waktu. Kita
saksikan, betapa banyak orang yang mengeluh karena merasa tak pernah punya
waktu, sedangkan beberapa orang yang lain selalu mencari jalan untuk membunuh
waktu.
Padahal, subhanallah, Allah dengan Maha
cermat dan Maha adil telah membagikan waktu dengan seadil-adilnya, dengan
secermat-cermatnya tanpa akan luput satupun. Setiap orang pastilah akan
mendapat jumlah waktu yang sama, yaitu 60 menit setiap jam, dan 24 jam setiap
hari di tempat manapun di dunia ini. Di negara maju, negara berkembang, atau
negara yang hancur terpuruk sekalipun tetap 24 jam perhari 60 menit per jam.
Singapura 24 jam per hari, Singaparna 24
jam per hari, Chichago 60 menit per jam, Cikaso 60 menit per jam, semuanya
sama. Pengusaha sukses, yang jatuh bangun, atau bahkan yang bangkrut sekalipun
tetap 24 jam per hari 60 menit per jam. The Best Executive, karyawan
asal-asalan,dan pengangguran kelas berat sekalipun jatah waktunya tetap sama 24
jam per hari. Seorang bintang kelas; yang biasa saja, atau yang tidak naik
kelas sekalipun tetap 24 jam per hari 60 menit per jam. Maka, nyatalah bahwa
yang menjadi masalah bukan jumlah waktunya, tapi isi waktunya.
Sebab, ada yang dalam waktu 24 jam itu
mampu mengurus negara, jutaan orang, atau aneka perusahaan raksasa dengan
beratus ribu orang, tapi ada yang dalam 24 jam mengurus diri saja tidak mampu!
Naudzhubillah, Karakteristik waktu memang sebuah keunikan, bahkan ia suatu
misteri kehidupan ini, yang terekam dalam tik-tok jam, tercatat dalam buku
harian, terhitung dalam kalender tahunan, terukir dalam prasasti-prasasti
kehidupan. Walau, sebenarnya ukuran-ukuran itu akan kurang berarti, sebab
ukuran waktu yang nyata adalah kehidupan kita sendiri. Ya, hidup kita adalah
waktu itu sendiri, yang menggelinding tiada henti. Sebagai makhluk ciptaan-Nya
waktu ternyata memiliki tabiat tersendiri, waktu adalah terpendek karena tak
pernah cukup menyelesaikan tugas hidup. Waktu adalah terpanjang karena ia
adalah ukuran keabadian. Waktu akan berlalu cepat bagi mereka yang bersuka
cita. Waktu berjalan sangat lambat bagi yang dirundung derita. Waktu adalah
saksi sejarah yang akan membeberkan segala kehinaan dan kenistaan yang kita
lakukan.
Waktu adalah perekam abadi yang akan
mengekalkan segala keagungan dan kemuliaan seseorang. Dan yang utama waktu
modal kita, kehidupan kita. Tiada yang dapat terjadi tanpa dia. Maka, sungguh
suatu kerugian yang sangat besar bila seorang hamba tidak dapat memanfaatkan
waktunya dengan sangat baik dan optimal. Allah berfirman, "Demi waktu,
sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat-menasehati dalam
menatapi kebenaran dan nasehat-menasehati dalam menetapi kesabaran" [Q.S.
AI Ashr: (103): 1-3].
Imam Syafii mengatakan bahwa, "Cukup
dengan Surat Al Ashr, Al-Quran sudah terwakili". Subhanallah, demikian pentingnya
waktu dalam pandangan Allah. Dikisahkan bahwa suatu waktu Khalifah Umar bin
Abdulaziz sesampai di rumah setelah mengurus jenazah Sulaiman bin Abdul Malik
kakeknya ia (Umar) sedang istirahat tidur-tiduran di ranjang, kemudian datang
anaknya Abdul Malik, dan ia bertanya: "Wahai Amirul Mukminin, gerangan
apakah yang membaringkan anda di siang hari bolong ini. Jawab ayahnya;
"Aku letih, aku butuh istirahat". Abdul Malik berkata;
"Pantaskah anda beristirahat padahal banyak pekerjaan yang harus dikerjakan,
lihat di sana rakyat yang tertindas butuh pertolonganmu." jawab ayahnya,
"Semalam suntuk aku menjaga pamanmu dan itu yang mendorong aku istirahat,
nanti setelah shalat dhuhur aku akan mengembalikan hak-hak orang-orang yang
tertindas dan teraniaya". Anaknya bertanya, "Wahai Amirul Mukminin,
siapakah yang menjamin anda hidup sampai dhuhur. Bagaimana kalau Allah
menakdirkan anda mati sekarang?" Kemudian Umar bangun dan pergi membawa
satu karung pikulan gandum, lalu mencari orang yang kelaparan.
Dalam kisah ini, nampaklah betapa beratnya
tanggung jawab untuk mengelola waktu. Bagaimana pula dengan kita yang telah
diberi amanah mengurus bumi ini? Subhanallah, marilah kita berlindung kepada
Allah dari kelalaian memanfaatkan waktu seraya memohon agar dikaruniakan
kemampuan untuk mengelola waktu dengan optimal, penuh makna, sesuai dengan yang
telah dituntunkan Allah dan Rosul-Nya. Ada dua hal yang perlu kita lakukan,
agar memiliki keunggulan dalam hidup ini, yaitu:
a. Waktu boleh sama tapi isi harus beda
Ajaran Islam sangat menghargai waktu, Allah SWT sendiri berkali-kali bersumpah dalam Al Quran berkaitan dengan waktu. Wal 'ashri (Demi waktu), Wadh dhuha (Demi waktu dhuha), Wallail (Demi waktu malam), Wannahar (Demi waktu siang). Allah juga sangat menyukai orang yang shalat lima waktu dengan tepat waktu, memuliakan sepertiga malam sebagai waktu mustajabnya doa, dan waktu dhuha sebagai waktu yang disukai-Nya. Maka, sangat beruntunglah orang-orang yang mengisi waktunya efektif hanya dengan mempersembahkan yang terbaik dalam rangka beribadah kepada-Nya. Allah SWT berfirman dalam sebuah hadits qudsi, yang artinya, "Pada setiap fajar ada dua malaikat yang berseru-seru: "Wahai anak Adam aku adalah hari yang baru, dan aku datang untuk menyaksikan amalan kamu. Oleh sebab itu manfaatkanlah aku sebaik-baiknya. Karena aku tidak kembali lagi sehingga hari pengadilan." (H.R. Turmudzi).
Ajaran Islam sangat menghargai waktu, Allah SWT sendiri berkali-kali bersumpah dalam Al Quran berkaitan dengan waktu. Wal 'ashri (Demi waktu), Wadh dhuha (Demi waktu dhuha), Wallail (Demi waktu malam), Wannahar (Demi waktu siang). Allah juga sangat menyukai orang yang shalat lima waktu dengan tepat waktu, memuliakan sepertiga malam sebagai waktu mustajabnya doa, dan waktu dhuha sebagai waktu yang disukai-Nya. Maka, sangat beruntunglah orang-orang yang mengisi waktunya efektif hanya dengan mempersembahkan yang terbaik dalam rangka beribadah kepada-Nya. Allah SWT berfirman dalam sebuah hadits qudsi, yang artinya, "Pada setiap fajar ada dua malaikat yang berseru-seru: "Wahai anak Adam aku adalah hari yang baru, dan aku datang untuk menyaksikan amalan kamu. Oleh sebab itu manfaatkanlah aku sebaik-baiknya. Karena aku tidak kembali lagi sehingga hari pengadilan." (H.R. Turmudzi).
Cobalah bayangkan, andaikata dalam suatu
perlombaan balap sepeda, dalam satu detik si A berhasil mengayuh satu putaran,
si B setengah putaran, dan si C mengayuh dua putaran. Siapa yang jadi juaranya?
Maka, dengan meyakinkan si C-lah yang akan berpeluang menjadi juara, mengapa?
Karena pada detik yang sama si C dapat berbuat lebih banyak daripada yang lain.
Nah, begitupun kita semua semakin banyak dan baik hal positif yang kita lakukan
dalam waktu yang sama, insyaAllah kita akan lebih dekat dengan kesuksesan.
Persis dengan apa yang anda lakukan saat ini, pada saat yang sama ada yang
sedang tidur, sedang di WC, sedang bermain atau mungkin bermaksiat atau apa
saja, dan pada saat akhir membaca tulisan ini. Maka, hasilnya pun berbeda-beda
tergantung dari apa yang dilakukan, dan anda insyaAllah beruntung karena telah
mendapat ilmu yang mahal yaitu bagaimana mengelola modal hidup ini, yakni
waktu.
b. Sekarang harus lebih baik daripada tadi
Sahabat-sahabat, sungguh kita merasakan bahwa seringkali kita tidak begitu serius menghargai waktu, sehingga kadang-kadang menghamburkannya tanpa guna. Kadangkala kesia-siaan selalu menjadi bagian dari hidup kita ini; bersantai-santai tanpa merasa rugi waktu, berbicara sia-sia tanpa merasa berdosa, berjalan tanpa tujuan hanya untuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Padahal, sungguh waktu adalah modal kita dalam mengarungi kehidupan ini. Kalau kita mengoptimalkan modal kita, maka beruntunglah kita, tapi kalau kita menyia-nyiakannya.Maka sangat pasti akan rugilah kita. Orang yang bodoh adalah orang yang diberi modal (waktu), kemudian dengan modal itu ia sia-siakan. Naudzhubillah. Padahal, andaikata hari ini sama dengan hari kemarin berarti kecepatan kita sama, tak ada peningkatan. maka tak akan pernah bisa menyusul siapapun, dan andaikata orang lain selalu meningkat, maka kita akan tertinggal dan jadi pecundang. Rasulullah SAW. mengingatkan kita dengan sabdanya, " Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia termasuk orang-orang yang merugi" (H.R. Dailami).
Sahabat-sahabat, sungguh kita merasakan bahwa seringkali kita tidak begitu serius menghargai waktu, sehingga kadang-kadang menghamburkannya tanpa guna. Kadangkala kesia-siaan selalu menjadi bagian dari hidup kita ini; bersantai-santai tanpa merasa rugi waktu, berbicara sia-sia tanpa merasa berdosa, berjalan tanpa tujuan hanya untuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Padahal, sungguh waktu adalah modal kita dalam mengarungi kehidupan ini. Kalau kita mengoptimalkan modal kita, maka beruntunglah kita, tapi kalau kita menyia-nyiakannya.Maka sangat pasti akan rugilah kita. Orang yang bodoh adalah orang yang diberi modal (waktu), kemudian dengan modal itu ia sia-siakan. Naudzhubillah. Padahal, andaikata hari ini sama dengan hari kemarin berarti kecepatan kita sama, tak ada peningkatan. maka tak akan pernah bisa menyusul siapapun, dan andaikata orang lain selalu meningkat, maka kita akan tertinggal dan jadi pecundang. Rasulullah SAW. mengingatkan kita dengan sabdanya, " Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia termasuk orang-orang yang merugi" (H.R. Dailami).
Maka, satu-satunya pilihan adalah hari ini
harus lebih baik dari kemarin, bahkan kalau bisa sekarang ini harus lebih baik
daripada barusan tadi, dalam hal apapun. Kalau tidak demikian, maka harus
diakui bahwa hari ini adalah hari yang gagal dan rugi, dan ingat andaikata hari
ini lebih buruk dari hari kemarin berarti kita terkena musibah, kerugian yang
sangat besar dan mencelakakan diri. Naudzhubillah, hal ini tak boleh terjadi
pada diri kita. Rasulullah SAW sendiri mengingatkan kita untuk selalu
memperbaiki waktu kita, sebab setiap waktu memiliki beban persoalan tersendiri,
sabdanya, "Carilah yang lima sebelum datang yang lima, yaitu manfaatkanlah
masa mudamu sebelum datang masa tuamu (dengan ibadah), gunakanlah masa sehatmu
sebelum datang masa sakitmu (dengan amal saleh), gunakanlah masa kayamu sebelum
datang masa miskinmu (dengan sedekah), gunakanlah masa hidupmu sebelum datang
masa matimu (mencari bekal untuk hidup setelah mati). gunakanlah masa
senggangmu sebelum datang masa sempitmu.' (Al Hadits).
Dari uraian diatas, maka sebenarnya ada
tiga kelompok orang yang menggunakan waktu, yaitu:
1. Orang sukses, yaitu orang yang
menggunakan waktu dengan optimal, dan ia melakukan sesuatu yang tidak diminati
oleh orang yang gagal.
2. Orang malang, yaitu orang yang hari-harinya diisi dengan kekecewaan dan selalu memulai sesuatu dengan esok harinya.
3. Orang hebat, yaitu orang yang bersedia melakukan sesuatu sekarang juga. Bagi orang hebat, tidak ada hari esok. Dia berkata bahwa membuang waktu bukan saja sesuatu kejahatan, tetapi suatu pembunuhan yang kejam.
2. Orang malang, yaitu orang yang hari-harinya diisi dengan kekecewaan dan selalu memulai sesuatu dengan esok harinya.
3. Orang hebat, yaitu orang yang bersedia melakukan sesuatu sekarang juga. Bagi orang hebat, tidak ada hari esok. Dia berkata bahwa membuang waktu bukan saja sesuatu kejahatan, tetapi suatu pembunuhan yang kejam.
Maka , mulai sekarang waspadalah terhadap
waktu. Setiap detik yang kita lalui harus diperhitungkan dengan secermat-cermatnya,
sematang-matangnya, dan seakurat-akuratnya, lalu mengisinya dengan hal-hal yang
membuahkan peningkatan kemampuan kita. Kita tidak hanya perlu bekerja keras,
tapi kita perlu juga bekerja keras dan cerdas. Lebih jauh kita lagi kita perlu
kerja keras, cerdas dan efektif, sehingga waktu yang kita gunakan akan lebih
optimal, bermakna bagi dunia dan berarti bagi akhirat nanti.***
No comments:
Post a Comment