Beranda

Pilar-Pilar Akhlak Mulia

Puncak derajat kemuliaan seseorang dinilai dari kualitas akhlaknya, bahkan kualitas keimanan pun juga di ukur dari akhlak. Seluas apapun kadar keilmuan seseorang tentang Islam, sehebat apaun dirinya ketika melakukan ibadah, atau sekencang apapun pengakuannya tentang kuatnya keimanan yang dimiliki semua itu tidak bisa memberikan jaminan. Tetap saja, alat ukur yang paling akurat untuk menilai kemuliaan seseorang adalah kualitas akhlaknya.

                Secara umum kedudukan akhlak adalah universal. Nilai-nilai standar tentang akhlak sudah dihujamkan oleh Alloh swt, kedalam jiwa manusia sejak mereka lahir. “maka dia ilhamkan dalam jiwa itu kecenderungan untuk berbuat buruk dan kecenderungan untuk berbuat takwa”, (QS. Asy Syams:8)
                Di sudut manapun di dunia ini, baik mereka yang mengenal Islam atau buta sama sekali, mereka semua akan memandang perbuatan dusta, ingkar-janji, fitnah dan berbagai keburukan perilaku yang lain sebagai perbuatan yang hina, culas dan salah. Jiwa manusia standar mengakui semua ini.
                Datangnya Islam, diatara misinya, adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia, ini selaras dengan misi kenabian yang diemban oleh Rasulullah saw, beliau bersabda, “innamaa buistu li utammimal makaarimal akhlaq.” (bahwasanya aku di utus  untuk menyempurnakan akhalak). (HR. Baihaqi dan Hakim).
                Hadirnya Islam semakin memuliakan potensi kemuliaan manusia. Setiap manusia secara standar sudah memiliki potensi untuk berakhlak baik. Dan potensi itulah yang semakin dikembangkan dengan hadirnya tuntunan-tuntunan moral dan etika yang kemilau cahayanya sangat memukau itu.
                Akhlak dalam Islam tidak semata didasarkan pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan. Lebih dari itu akhlak adalah ibadah yang mesti di dasarkan atas semangat penghambaan kepada Allah Ta’ala. Seorang muslim menjadikan akhlaknya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah. Dia mengerjakan itu semua bukan didasarkan atas motivasi ingin mencari pamrih, pujian atau kebanggaan. Akhlak adalah rangkaian amal kebajikan yang diharapkan akan mencukupi untuk menjadi bekal pulang ke negeri akhirat nanti.
                Akhirnya mulia sedemikian berarti hingga kita tidak bisa mengukur nilai hidup ini kecuali dengan akhlak yang tercermin dari perilaku hidup kita sendiri, berikut ini adalah pilar-pilar yang merupakan kunci kemuliaan akhlak, yaitu,
Jujur-Terpercaya
Kejujuran merupakan fondasi terpenting dalam bangunan akhlak. Tanpa kejujuran akan hilang kepercayaan. Selembut apaun sikap seseorang, seramah apapun tutur katanya, bahkan seproduktif apapun kegemarannya menolong orang lain, tetap saja semua itu tidak banyak membantu  jika tidak jujur.
                Perhatikan perilaku para penipu. Keramahan dan kesopanan mereka ketika sedang beraksi tidak kalah dibandingkan dengan para agamawan. Berapa banyak orang terpedaya akibat tutur kata dan perilaku manis mereka? Para koruptor pun rata-rata gemar menolong orang dengan cara membagi-bagikan hartanya, dan tampil penuh wibawa dimata banyak orang. Namun semua itu tetap sebagi sebuah keburukan yang tercela dan tak pantas dihargai sedikitpun. Semulia apapun akhlak seseorang, jika dia tidak jujur, maka keseluruhannya akhlaknya akan ternoda.
                Rasulullah saw menegaskan bahwa ciri-ciri munafik: 1. Jika berkata dusta, 2. Jika berjanji ingkar, dan 3. Jika dipercaya ia khianat. Orang yang jujur adalah orang yang tidak munafik.

Ramah dan Lemah lembut. 
“Sesungguhnya pada dirimu ada dua hal yang Allah mencintai keduanya, yaitu kelemah lembutan dan ketenangan” (HR. Muslim).
                Apalah artinya kejujuran jika menyeruak dari diri seorang yang ketus,angkuh lagi kasar? Orang seperti itu pasti akan dijauhi, karena fitrah setiap manusia pasti akan membencinya. Semua orang cenderung akan menyukai sikap ramah, sopan dan hangat.
                Keramahan merupakan tahap awal kemuliaan akhlak. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, yaitu :
Pertama : Keramahan adalah tanda kerendahan hati dan ketawadhuan. Orang yang sombong cenderung untuk bersikap kasar, berhati keras, ketus, angkuh, dalam gerak-gerik maupun ucapannya.
Kedua : Keramahan merupakan tanda kesabaran dan kesanggupan mengendalikan diri. Orang yang tidak sabar, pemarah, egois sangat sulit untuk bisa bersikap ramah.
Ketiga : Keramahan yang tulus merupakan iindikasi melimpahnya rasa kasih saying dan kegemaran hati untuk menghormati orang lain.
                Di antara hikmah dari perilaku ramah adalah sebagai berikut :
Bagi diri sendiri; terbebas dari penyakit sombong, kedengkian, kebencian, emosional. Kesehatan tubuh meningkat karena hidup jauh lebih bahagia, tentram dan jauh dari stress. Nama baik pun akan semakin cemerlang.
Bagi orang lain; akan mendatangkan kenyamanan dan kebahagiaan tatkala bergaul dengan kita.
Bagi dakwah; sebuah nilai tambah yang sangat berarti, rukun akrab membuat sinergi dari berbagai sisi kehidupan.
Bagi bangsa; keramahan sungguh akan menjadi energi yang dahsyat, yaitu ketika keramahan berlandaskan kejujuran. Bila bangsa kita ini berhasil maju dengan berlandaskan akhlak yang baik, maka kita akan tumbuh menjadi bangsa yang maju dan beradab. Perekonomian yang berlandaskan akhlak akan menyejahterakan bangsa ini.
  1. Pribadi Ramah
  2. Wajah yang cerah dan jernih
  3. Tutur kata yang lembut
  4. Sikap yang sopan dan penuh etika
  5. Berjiwa lapang dada
@aagym

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment